Sebagai wanita karier, Atik memang
diharuskan untuk menjalani beban ganda, baik sebagai dokter yang berkewajiban
melayani pasiennya, maupun sebagai ibu rumah tangga yang melayani keluarganya.
Atik selalu berusaha sebisa mungkin untuk bersikap arif dan bijaksana
menghadapi sikap Mas Indra (suaminya) yang tidak menyenangkan belakangan ini.
Sikap Mas Indra sangat berlawanan
dengan sikapnya sebelumnya. Atik sangat ingin mengetahui ada apa dengan
sikapnya yang berubah, tapi Atik tidak ingin menyinggung perasaan Mas Indra.
Setelah sempat berunding di ruang keluarga, Atik menemukan jalan keluar dari
sikap Mas Indra yang berubah. Atik mengusulkan untuk meminta pekerjaan baru
tempat Paman Atik, yaitu Om Dahlan. Tapi Mas Indra menolaknya, karena baginya
meminta pekerjaan sama dengan mengemis.
Mas Indra memang sedang terajut
benang-benang ruwet lantaran terbayang-terbayang masa lalunya. Memang Mas Indra
dibesarkan oleh keluarga yang berintelektual dan keluarga yang berhasil dalam
kariernya. Keluarga Mas Indra juga dituntut agar bisa menjadi soko guru, yaitu
: Mangayomi, Ngayani, Ngayemi, Ngantepi
dan Ngandani. Mas Indra lahir disaat keluarga menginginkan anak perempuan,
setelah kelahiran adik perempuannya Mas Indra kurang mendapat perhatian dari
keluarganya.
Oleh karena itu, Mas Indra mengalami
tekanan psikologis karena ingin menunjukkan bahwa dirinya juga berharga. Atik
paham betul harga diri Mas Indra sangatlah tinggi dan ia tahu betul bahwa Mas
Indra bertanggung jawab.
Sebenarnya Atik adalah ibu yang
memiliki kematangan jiwa melalui pengalamannya, membaca dan sharing dengan
pasiennya. Kini ia mengetahui bahwa dengan gelar atau jabatan yang dimiliki
seseorang belum tentu memiliki kematangan jiwa, untuk itu ia sangat tidak
setuju mendukung solusi perceraian dalam rumah tangga. Dan ia sadar betul, jika
ingin rumah tangga yang harmonis diperlukan pengorbanan, walaupun itu harus
mengorbankan perasaanya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar