A. Musim yang ada di Jepang
Musim Semi ( 春 Haru )
Selama bulan Desember, Januari, dan Februari; cuaca di Jepang sangatlah dingin. Di Tokyo saja, suhu udara dapat mencapai 5 sampai -1 derajat Celcius. Memasuki bulan Maret, Anda dapat merasakan nuansa dimulainya musim semi yang hangat, melalui berbagai perubahan yang terjadi di alam sekitar kita. Ada kebahagiaan tersendiri yang muncul setiap musim semi datang di Jepang. Suhu dingin mulai beranjak menghangat, lalu bunga-bunga pun mulai bermekaran indah, mulai dari ume, sakura, hingga tulip akan mewarnai penjuru-penjuru Jepang dengan warna-warninya. Yang juga tidak kalah penting dari hadirnya musim semi adalah tibanya liburan sekolah sekaligus pergantian tahun ajaran di sistem pendidikan Jepang.



Bulan Juli menandai datangnya musim panas yang lembab dan panas. Musim panas di Jepang benar-benar panas dan lembab, sehingga orang-orang pun melakukan berbagai upaya untuk bisa mengatasi panasnya cuaca. Salah satunya adalah melalui suara.
Musim Gugur ( 秋 aki)
Setelah berlalunya musim panas yang panas dan lembab pada bulan Juli dan Agustus, suhu udara mulai turun pada bulan September, menandai datangnya musim gugur yang sejuk di Jepang. Musim gugur juga bertepatan dengan musim panen padi, dan munculnya berbagai macam buah dan sayuran. Sehingga, musim ini sering disebut dengan musim meningkatnya selera makan. Suasana musim gugur juga dihiasi dengan pepohonan yang berubah warna menjadi merah dan kuning, membuat cukup banyak orang melakukan perjalanan wisata di musim ini.
Musim Dingin ( 冬 fuyu )
Memasuki bulan Desember, angin utara yang dingin mulai berhembus. Di Tokyo, suhu udara turun hingga sekitar 10 derajat Celcius. Pada bulan Januari suhu semakin turun hingga mencapai 5 derajat Celcius. Pada bulan Februari, bahkan terkadang turun salju. Pada saat salju turun, semuanya nampak begitu berbeda, semua benda diselimuti warna putih. Pemandangan yang tampak bagaikan di dunia lain. Salju juga berperan menyerap suara, sehingga lingkungan di musim dingin diliputi suasana

B. Kegiatan yang dilakukan orang Jepang pada setiap musim

Menjelang akhir Maret dan ke April, pohon-pohon sakura mengusir musim dingin mereka dormansi dan meledak dalam warna. Bunga sakura yang menjadi ikon dari Jepang menarik orang keluar dari rumah mereka, bersenjatakan kamera dan Pensil, dll mereka bertujuan untuk menangkap sekilas pertama tanda-tanda cuaca yang lebih hangat di depan. Perhatian beralih ke hanami, perayaan musim semi yang telah mereka piknik di kebun, menghambat sarat dengan sushi, daging sushi dan sake.
Bahkan, awal April cherry blossom waktu yang telah dan hilang di sebagian besar tanah ini yang membentang dari garis lintang 20 derajat. Di Okinawa, hanami dapat dirayakan di bulan Januari, ketika Hokkaido masih dalam musim dingin. Bunga-bunga di Kyushu sering keluar pada pertengahan Maret, sedangkan di Kyoto dan Tokyo dalam pesta pora harus menunggu satu minggu lagi. Up di Sapporo, itu sebulan lagi sebelum sakura benar-benar menunjukkan warna mereka.
Khusus segmen laporan cuaca harian melacak bunga-bunga 'kemajuan utara, disaksikan oleh warga dengan penuh semangat mengantisipasi simbolis awal musim semi, dan perayaan yang dihasilkannya.
The Best Time to Visit Japan
Penduduk setempat antusiasme untuk musim semi di Jepang akan menunjukkan bahwa itu adalah waktu nyaman untuk dikunjungi.Tapi itu tidak terjadi. Sementara sakura adalah sekilas memamerkan perhiasan mereka, orang banyak sangat normal bagi negara terpadat ini. Pada sebagian besar Jepang, musim liburan belum dimulai.
Waktu liburan publik di Jepang datang pada akhir April atau awal Mei - Golden Week. Turis harus secara serius mempertimbangkan untuk menghindari bahwa musim liburan pendek. Transportasi, tempat-tempat wisata dan akomodasi yang cukup berada di bawah tekanan selama Golden Week di Jepang, dan orang banyak yang tidak terlalu menyenangkan bagi turis asing. Saran terbaik bagi pengunjung menginginkan kondisi cuaca yang masuk akal untuk menikmati pemandangan dan kenikmatan Jepang adalah untuk berada di sana sebelum Golden Week, atau menunda perjalanan sampai musim gugur.
Wisatawan harus menyadari bahwa pada waktu bunga sakura, membuat rencana terbaik bisa datang kemandekan. Adalah bunga-bunga terbaik mereka untuk waktu yang sangat singkat - nyaris beberapa hari. Peramalan terbaik yang mungkin dapat dibuat untuk melihat biasa oleh badai tiba-tiba, atau hujan badai yang mengubah bunga yang rapuh untuk sampah basah. Tapi wisatawan tidak boleh putus asa. Kegembiraan musim semi masih menyerap suasana, bahwa dosis pendek cuaca buruk akan pergi secepat itu datang, dan di tikungan berikutnya mungkin saja ada kerusuhan warna.
Some Great Places to View the Cherry Blossoms
Dengan asumsi peramalan cukup akurat dan ada sedikit keberuntungan di bahu, wisatawan dapat mengalami dosis khusus dari bunga sakura di tempat-tempat berikut.
* Kyoto. Sebagian besar taman umum di kota kuno ini dan banyak jalan-jalan yang dihiasi dengan sakura. Kyoto adalah kota yang kompak, mudah untuk berkeliling. Ada banyak menyenangkan berjalan antara berbagai atraksi indah, paling menyenangkan di musim semi yang indah.
* Hakone.Terletak di Fuji-Hakone-Izu National Park, daerah Hakone menawarkan beberapa pemandangan alamnya yang sempurna, disorot oleh Fuji-san itu sendiri.
Pada musim semi, yang sakura tidak pernah jauh, dan dapat dinikmati sebelum masa berkumpul. Wisatawan dianjurkan untuk menghindari terjadi di akhir pekan sekalipun. Hakone adalah hari yang populer tujuan perjalanan bagi penduduk Tokyo.
* Tokyo. Seperti dengan Kyoto, ada banyak ruang-ruang publik di ibukota di mana bunga sakura dapat dinikmati. Salah satu yang paling populer adalah Taman Ueno. Kembali pusat kota di luar Imperial Palace, it's menarik untuk menyaksikan pengamat cherry blossom berjejer di sepanjang Hongo Dori.
* Kumamoto.Kota di Kyushu ini terkenal dengan kastil, daya tarik yang indah dalam dirinya sendiri. Alasan olahraga koleksi yang bagus sakura.
* Matsuyama. Kota benteng lain, kali ini di Jepang terkecil dari empat pulau utama, Shikoku. Pengunjung di musim semi dapat menikmati oshiro Matsuyama Matsuri (benteng festival), diadakan setiap tahun pada puncak musim bunga ceri (seperti di kota-kota benteng yang lain juga).
* Matsumae. Jika sedikit kemudian di musim dan bersedia untuk berani Golden Week, pengunjung dapat mempertimbangkan Matsumae di Hokkaido. Koen Matsumae membanggakan beberapa 1000 sakura dari 250 varietas. Sebuah pesta warna pada akhir bulan April atau awal Mei.
Bahkan, awal April cherry blossom waktu yang telah dan hilang di sebagian besar tanah ini yang membentang dari garis lintang 20 derajat. Di Okinawa, hanami dapat dirayakan di bulan Januari, ketika Hokkaido masih dalam musim dingin. Bunga-bunga di Kyushu sering keluar pada pertengahan Maret, sedangkan di Kyoto dan Tokyo dalam pesta pora harus menunggu satu minggu lagi. Up di Sapporo, itu sebulan lagi sebelum sakura benar-benar menunjukkan warna mereka.
Khusus segmen laporan cuaca harian melacak bunga-bunga 'kemajuan utara, disaksikan oleh warga dengan penuh semangat mengantisipasi simbolis awal musim semi, dan perayaan yang dihasilkannya.
The Best Time to Visit Japan
Penduduk setempat antusiasme untuk musim semi di Jepang akan menunjukkan bahwa itu adalah waktu nyaman untuk dikunjungi.Tapi itu tidak terjadi. Sementara sakura adalah sekilas memamerkan perhiasan mereka, orang banyak sangat normal bagi negara terpadat ini. Pada sebagian besar Jepang, musim liburan belum dimulai.
Waktu liburan publik di Jepang datang pada akhir April atau awal Mei - Golden Week. Turis harus secara serius mempertimbangkan untuk menghindari bahwa musim liburan pendek. Transportasi, tempat-tempat wisata dan akomodasi yang cukup berada di bawah tekanan selama Golden Week di Jepang, dan orang banyak yang tidak terlalu menyenangkan bagi turis asing. Saran terbaik bagi pengunjung menginginkan kondisi cuaca yang masuk akal untuk menikmati pemandangan dan kenikmatan Jepang adalah untuk berada di sana sebelum Golden Week, atau menunda perjalanan sampai musim gugur.
Wisatawan harus menyadari bahwa pada waktu bunga sakura, membuat rencana terbaik bisa datang kemandekan. Adalah bunga-bunga terbaik mereka untuk waktu yang sangat singkat - nyaris beberapa hari. Peramalan terbaik yang mungkin dapat dibuat untuk melihat biasa oleh badai tiba-tiba, atau hujan badai yang mengubah bunga yang rapuh untuk sampah basah. Tapi wisatawan tidak boleh putus asa. Kegembiraan musim semi masih menyerap suasana, bahwa dosis pendek cuaca buruk akan pergi secepat itu datang, dan di tikungan berikutnya mungkin saja ada kerusuhan warna.
Some Great Places to View the Cherry Blossoms
Dengan asumsi peramalan cukup akurat dan ada sedikit keberuntungan di bahu, wisatawan dapat mengalami dosis khusus dari bunga sakura di tempat-tempat berikut.
* Kyoto. Sebagian besar taman umum di kota kuno ini dan banyak jalan-jalan yang dihiasi dengan sakura. Kyoto adalah kota yang kompak, mudah untuk berkeliling. Ada banyak menyenangkan berjalan antara berbagai atraksi indah, paling menyenangkan di musim semi yang indah.
* Hakone.Terletak di Fuji-Hakone-Izu National Park, daerah Hakone menawarkan beberapa pemandangan alamnya yang sempurna, disorot oleh Fuji-san itu sendiri.

* Tokyo. Seperti dengan Kyoto, ada banyak ruang-ruang publik di ibukota di mana bunga sakura dapat dinikmati. Salah satu yang paling populer adalah Taman Ueno. Kembali pusat kota di luar Imperial Palace, it's menarik untuk menyaksikan pengamat cherry blossom berjejer di sepanjang Hongo Dori.
* Kumamoto.Kota di Kyushu ini terkenal dengan kastil, daya tarik yang indah dalam dirinya sendiri. Alasan olahraga koleksi yang bagus sakura.
* Matsuyama. Kota benteng lain, kali ini di Jepang terkecil dari empat pulau utama, Shikoku. Pengunjung di musim semi dapat menikmati oshiro Matsuyama Matsuri (benteng festival), diadakan setiap tahun pada puncak musim bunga ceri (seperti di kota-kota benteng yang lain juga).
* Matsumae. Jika sedikit kemudian di musim dan bersedia untuk berani Golden Week, pengunjung dapat mempertimbangkan Matsumae di Hokkaido. Koen Matsumae membanggakan beberapa 1000 sakura dari 250 varietas. Sebuah pesta warna pada akhir bulan April atau awal Mei.
Musim Panas
YUKATA
Yukata adalah pakaian yang populer di antara masyarakat Jepang pada permulaan zaman Edo, kira-kira empat ratus tahun yang lalu, bersamaan dengan popularitas kain katun. Berbeda dengan kimono, yukata sebagai baju yang dipakai sehabis mandi air panas, dapat dikenakan dengan nyaman pada musim panas dengan tidak berlapis-lapis.
Yukata adalah pakaian yang populer di antara masyarakat Jepang pada permulaan zaman Edo, kira-kira empat ratus tahun yang lalu, bersamaan dengan popularitas kain katun. Berbeda dengan kimono, yukata sebagai baju yang dipakai sehabis mandi air panas, dapat dikenakan dengan nyaman pada musim panas dengan tidak berlapis-lapis.
Saat ini, hampir semua orang berpakaian ala barat dan kesempatan untuk memakai Yukata sedikit sekali. Tetapi sebagai tanda datangnya musim panas, banyak orang yang menanti-nantikan untuk mengenakannya pada saat diadakan pesta kembang api atau festival musim panas, dll. | ![]() |
Yukata dikenakan baik oleh pria maupun wanita, juga oleh dewasa maupun anak-anak, tetapi terutama saat digemari oleh wanita muda.
Setiap tahun pada bulan Juni dan Juli, banyak majalah-majalah mode bagi wanita muda yang menampilkan edisi khusus mengenai Yukata bersama dengan pakaian renang. Diperkenalkan pula dengan rinci tidak hanya foto Yukata dengan corak tradisional, tetapi juga Yukata dengan disain baru lengkap dengan cara mengenakannya dengan baik dan pantas, model rambut yang sesuai, cara pengenaannya,dll.

Pesta kembang api yang mewarnai langit pada waktu malam hari musim panas di Jepang merupakan suatu peristiwa besar yang diselenggarakan setiap tahun, dibanyak tempat di dekat laut atau sungai. Kabarnya, kembang api ditemukan kira-kira tahun 1659 yaitu pada pertengahan zaman EDO. Kembang api Jepang berbeda dengan kembang api Eropa yang bermodel air mancur. Kembang api Jepang berbentuk lingkaran dengan bunga-bunga yang banyak. Setelah ditembakkan memperlihatkan bermacam-macam warna yang berubah-ubah. Oleh karena bentuk dan warnanya yang bermacam-macam, sering dikatakan keindahan kembang api Jepang adalah nomor satu di dunia. Pesta kembang api dilaksanakan pada hari-hari musim panas yang panas di bulan Juli atau Agustus. Pada malam itu banyak orang berkumpul, baik bersama keluarga, kekasih, maupun lainnya. Banyak pula dibuka kedai-kedai yang menjajakan makanan dan minuman, ketangkasan menangkap ikan emas, permainan, undian, dll, menjadikan-nya suatu malam yang sangat ramai.
BIOSKOP
Di Jepang setelah perang dunia ke II, film dianggap sebagai bintangnya rekreasi rakyat. Tetapi oleh karena penyebaran TV sejak tahun enampuluhan, dan juga karena populernya penyewaan video pada tahun delapanpuluhan, orang-orang sudah mulai meninggalkan bioskop. Tetapi filmnya sendiri tetap digemari oleh orang banyak, mereka menikmati melalui penyewaan video atau melalui pemutaran film di TV. Oleh sebab itulah, di Jepang sejak tahun 1993 mulai dibuka gabungan bioskop yang disebut cinema complex yang populer di Amerika dan Inggris. Cinema Complex adalah suatu gedung yang di dalamnya ada 7 sampai 15 layar film yang dibangun berdampingan dengan lapangan parkir, hyper shopping store, amusement park, dll. Saat ini, diseluruh Jepang jumlahnya terus bertambah, seolah ingin mengatakan bahwa popularitas bioskop akan datang kembali seperti dulu kala.
Di Jepang setelah perang dunia ke II, film dianggap sebagai bintangnya rekreasi rakyat. Tetapi oleh karena penyebaran TV sejak tahun enampuluhan, dan juga karena populernya penyewaan video pada tahun delapanpuluhan, orang-orang sudah mulai meninggalkan bioskop. Tetapi filmnya sendiri tetap digemari oleh orang banyak, mereka menikmati melalui penyewaan video atau melalui pemutaran film di TV. Oleh sebab itulah, di Jepang sejak tahun 1993 mulai dibuka gabungan bioskop yang disebut cinema complex yang populer di Amerika dan Inggris. Cinema Complex adalah suatu gedung yang di dalamnya ada 7 sampai 15 layar film yang dibangun berdampingan dengan lapangan parkir, hyper shopping store, amusement park, dll. Saat ini, diseluruh Jepang jumlahnya terus bertambah, seolah ingin mengatakan bahwa popularitas bioskop akan datang kembali seperti dulu kala.
Musim Gugur
Seperti yang sudah kita ketahui, Jepang merupakan negara yang memiliki 4 musim (shiki). Setelah musim panas, Jepang memasuki musim gugur yang disebut dengan aki. Musim panas di Jepang terasa sangat panas dan lembab. Karenanya orang Jepang lebih menyukai musim gugur dimana suhu udara lebih sejuk, tapi masih cukup hangat untuk melakukan aktifitas di luar ruangan. Selain itu, bisa dikatakan musim gugur adalah musim terindah di Jepang. Musim gugur dimulai kira-kira pada bulan September hingga November. Musim gugur di Jepang sangat identik dengan jernihnya langit biru yang disebut dengan akizora (langit musim gugur), daun-daun yang berguguran, musim panen dan suara serangga. Namun yang paling memikat adalah berubahnya warna daun pada berbagai jenis pohon.
Awal musim gugur bertepatan dengan berakhirnya liburan sekolah dan liburan musim panas, sehingga murid-murid mulai masuk sekolah dengan semester yang baru. Seragam sekolah pun berganti dari seragam sekolah musim panas yang tipis dan berlengan pendek, menjadi seragam berwarna gelap dan bertangan panjang. Hari pergantian seragam ini disebut dengan koromogae no hi. Pakaian orang biasa pun mulai berganti dengan bahan wol. Pada pertengahan bulan September, bulan purnama terlihat bersinar penuh. Ini disebut dengan chuusuu no meigetsu (bulan purnama di pertengahan musim gugur). Pada malam bulan purnama inilah orang Jepang menikmati indahnya bulan yang disebut dengan istilah tsukimi (melihat bulan).

Memasuki bulan Oktober cuaca dirasakan sudah sangat sejuk, sehingga sangat cocok untuk melakukan berbagai aktivitas. Perusahaan maupun sekolah-sekolah akan mengadakan pertandingan olahraga yang disebut undokai (festival olahraga). Undokai ini dilakukan untuk merayakan Hari Kesehatan dan Olahraga (Taiku no Hi) pada tanggal 10 Oktober. Bulan Oktober juga sering disebut sebagai bulan pernikahan karena cuacanya sangat bersahabat.. Selain itu, bulan inijuga merupakan musim panen, mulai dari panen padi, sayur-sayuran hingga buah-buahan, terutama buah anggur, sehingga buah anggur menjadi buah khas musim gugur.
Selama musim gugur, malam hari menjadi lebih panjang dan lebih sejuk. Orang Jepang mengganti kebiasaan pergi mabuk-mabukan di bar di hari musim panas dengan dokusho yang berarti "membaca buku". Udara musim gugur sangat cocok untuk tinggal di rumah, bergelung di balik selimut sambil membaca buku. Tapi bagi murid-murid yang mulai memasuki semester musim gugur, ini juga berarti mereka harus membaca buku-buku pelajaran.
Suhu udara di bulan November mulai lebih dingin, hal ini ditandai dengan pemandangan pohon momiji. Pemandangan inilah yang paling unik saat musim gugur di Jepang, mengingat momiji yang tidak akan tumbuh di daerah yang terlalu panas atau dingin. Pohon momiji yang ada di Jepang sangat beragam, seperti kaede, nara, kunugi, nishikigi, dll. Pada akhir musim gugur, pohon-pohon tersebut berubah warnanya, ada yang berwarna merah, kuning keemasan dan coklat. Setelah berubah warna, tak lama kemudian daun-daun dari pohon tersebut akan kering dan berguguran. Keharmonisan alam dalam setiap musimya selalu dijadikan sebagai suatu bagian kebudayaan oleh orang Jepang. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan momen itu dengan menikmati keindahan warna-warni momiji dalam momiji-gari (daerah tempat hidupnya momiji). Kalau pada musim semi mereka menikmati bunga sakura lewat hanami, pada musim gugur mereka menikmati indahnya pohon momiji dengan minum sake dan makan bento yang dibawa dari rumah.
Seperti musim-musim yang lain, musim gugur juga memiliki makanan khas. Apalagi suhu yang cukup nyaman membuat selera makan meningkat. Karenanya dikenal istilah shokuyoku no aki (autumn appetite). Bahan pangan yang identik dengan musim gugur di jepang adalah jamur matsutake yang hanya tumbuh di hutan pinus merah dengan keadaan tanah dan cuaca khusus, membuatnya sangat enak untuk dimakan. Karena itu jamur matsutake sangat mahal, sebuahnya bisa berharga 1000 yen !! . Buah yang menjadi khas musim gugur adalah kuri (buah kastanye), buah anggur, pir, jeruk mikan dan kaki (kesemek jepang). Buah kaki ini juga sering diawetkan dengan cara dikeringkan dan dimakan sebagai manisan. daun momiji pun tidak hanya dinikmati keindahannya, tapi juga disantap dengan cara digoreng dan dicelupkan ke saus. Daun momiji juga digunakan sebagai hiasan berbagai hidangan khas musim gugur. Akhir November merupakan berakhirnya musim gugur di Jepang yang ditandai dengan turunnya salju di daerah utara kepulauan Jepang, seperti Hokkaido, tohoku dan Hokuriku. Saat itu orang-orang mulai memasang pemanas ruangan untuk mempersiapkan datangnya musim dingin.
Musim Dingin
a. Menikmati makanan oden
Oden adalah sejenis sup yang berisikan bakso ikan, telur rebus, daikon (lobak) dan konnyaku. Oden dimasak di dalam mangkuk yang besar di tengah meja dan dimakan bersama-sama ketika masih hangat. Menikmati oden merupakan aktifitas umum yang dilakukan di Jepang saat musim dingin.
Ketika udara dingin menyeingkupi, menikmati makanan hangat seperti oden sambil dikelilingi kehangatan keluarga, merupakan saat-saat yang menyenangkan. Tak hanya menyehatkan tubuh, menikmati oden juga semakin mempererat ikatan kekeluargaan atau kebersamaan.
Selain oden, makanan yang lain seperti nabeyaki udon, dan udon kabocha atau labu termasuk makanan popular untuk menghangatkan tubuh. Bahkan, buah labu (kabocha) yang diolah menjadi tempura, dipercaya berkhasiat mencegah flu di musim dingin.
b. Bermain ski

Banyak tempat di negeri Sakura yang menyediakan lahan untuk bermain ski. Salah satunya Hakuba dan Fujimi di Nagano. Setiap libur musim dingin, dipastikan tempat ini selalu dipenuhi warga Jepang dan para wisatawan mancanegara. Dilengkapi dengan peralatan yang mengasyikan dengan hamparan salju yang lembut, jadi daya tarik utama tempat ini.
c. Menginap di penginapan tradisional
Selain bermain ski, banyak pula orang Jepang yang menghabiskan liburan mereka menginap ketempat-tempat penginapan tradisional seperti ryoukan atau minshuku. Biasanya yang memilih aktifitas ini para keluarga. Baik itu keluarga kecil (ayah, ibu, dan anak) atau kelurga besar. Rombongan-rombongan siswa sekolah atau karyawan perusahaan pun tak jarang memilih aktiftas ini.
Selain menyenangkan karena suasana penginapan yang tenang, aktifitas seperti bersantai di kolam air panas sambil menikmati salju yang indah juga bisa didapatkan. Karena penginapan-penginapan tersebut menyediakan fasilitas berupa onsen (kolam) terbuka. Menjadikan waktu libur yang singkat benar-benar dapat menurunkan tingkat stress para penyewanya.
d. Menghadiri festival musim dingin
Jepang adalah bangsa yang terkenal suka mengadakan pesta rakyat/festival. Tak hanya perayaan pada hari-hari besar keagamaan, setiap pergatian musim pun ada festivalnya. Termasuk ketika musim dingin, banyak diadakan festival-festival yang menarik.
e. Tradisi bersih-bersih
Bagi mereka yang sedang malas keluar rumah, atau tak memiliki anggaran memadai untuk berlibur, aktifitas ini menjadi pilihannya. Masyarakat jepang punya budaya membersihka rumah sebelum memasuki tahun baru, yaitu oosoji.
Mereka percaya membersihka rumah berarti membuang hal-hal yang kotor (ketidakberuntungan) ditahun ini. Dengan rumah yang bersih mereka siap menyambut tahun baru dengan keberuntungan yang baru.
Tradisi oosoji biasanya melibatkan semua anggota keluarga. Jadi ajang menyenangkan bagi bertemunya seluruh anggota keluarga. Jika di hari lain mereka sibuk dengan aktifitasnya masing-masing (bekerja atau bersekolah), maka momen oosoji mengakrabkan mereka kembali.
C. Perayaan di Jepang pada setiap musim
Musim Semi
Jepang merupakan salah satu Negara yang memiliki empat musim dengan berbagai perayaan (matsuri) yang berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri pada masing-masing musim. Hal inilah yang membedakan Jepang dengan Negara yang mempunyai empat musim lainnya. Seperti perayaan pada musim semi misalnya. Saat musim semi ada berbagai perayaan yang diadakan di Jepang. Matsuri tersebut antara lain Hinamatsuri, Shubun no hi, Hanami dan Kodomo no hi. Masing-masing perayaan memiliki sejarah dan keunikan tersendiri
1. Hinamatsuri (雛祭り)

Perayaan Hinamatsuri bertujuan untuk mendoakan anak perempuan agar tumbuh sehat. Oleh karena itu tiap keluarga yang mempunyai anak perempuan ikut merayakan festival ini dengan memajang satu set boneka yang mengenakan kimono zaman Heian dan menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Perayaan Hinamatsuri disebut juga festival boneka atau festival anak perempuan. Hal ini bermula dari kebiasaan para putri bangsawan dalam bermain, yaitu memainkan boneka putri (hiina bi).
a) Susunan boneka
Boneka dipajang di atas panggung bertingkat (dankazari) yang dilapisi selimut tebal warna merah (hi-mōsen)
- Tangga teratas, deretan teratas diisi oleh dua boneka yang merupakan simbol kaisar (o-dairi-sama) dan permaisuri (o-hina-sama). Peletakan urutan kanan atau kiri baik untuk kaisar maupun permaisuri di wilayah Kansai dan Kanto berbeda, namun untuk setiap anak tangga berikutnya susunan bonekanya selalu sama.
- Tangga kedua, Boneka yang dipajang pada tangga kedua yaitu boneka puteri istana yang berjumlah 3 orang (san-nin kanojo) lengkap dengan peralatan minum sake. Boneka putri yang diletakkan di tengah membawa mangkuk sake (sakazuki), sedangkan dua putri lainnya masing-masing membawa poci sake (kuwae no chōshi) dan wadah sake yang disebut (nagae no chōshi).
- Tangga ketigaLima boneka pemusik pria (go-nin bayashi) berada di tangga ketiga. Semuanya membawa alat musik seperti taiko, okawa, kotsuzumi dan seruling, kecuali penyanyi hanya membawa kipas lipat.
- Tangga keempat, dua boneka menteri (daijin) yang terdiri dari Menteri Kanan (Udaijin) dan Menteri Kiri (Sadaijin) berada di tangga ke-4.
- Tangga kelima, pada tangga kelima diletakkan tiga boneka pesuruh pria (shichō) yang masing-masing membawa bungkusan berisi topi (daigasa).
b) Hidangan
selain satu set boneka yang dipajang di rumah ada juga makanan yang dibuat khusus untuk anak perempuan yang merayakan Hinamatsuri. Sajian tersebut antara lain kue hishimochi, kue hikigiri, makanan ringan hina arare, sup bening dari kaldu ikan tai atau kerang (hamaguri ), serta chirashizushi. Selain makanan, minumannya pun juga dibuat khusus untuk hari itu seperti, sake putih (shirozake) yang dibuat dari fermentasi beras ketan dengan mirin atau shochu, dan koji. Selain sake putih ada juga sake manis (amazake) yang dibuat dari ampas sake (sakekasu) yang diencerkan dengan air dan dimasak di atas api.
c) Sejarah
Berdasarkan kalender lunisolar, hari ke-3 bulan ke-3 adalah momo no sekku (perayaan bunga persik), karena bertepatan dengan mekarnya bunga persik. Oleh karena itu Hinamatsuri dirayakan tiap hari ke-3 bulan ke-3. Namun perayaan itu berubah ketika kalender Gregorian mulai digunakan di Jepang pada tanggal 1 Januari 1873. Sejak saat itu perayaan Hinamatsuri berubah menjadi tanggal 3 Maret. Meskipun demikian, sebagian orang masih ada yang lebih memilih perhitungan kalender lunisolar saat merayakan Hinamatsuri (sekitar bulan April pada kalender Gregorian)
Sekitar abad ke-8 ada kebiasaan bermain boneka di kalangan anak perempuan bangsawan istana pada zaman Heian. Biasanya boneka yang dimainkan lengkap dengan rumahnya yang berbentuk istana. Kemudian permainan tersebut dikenal dengan hina asobi. Faktanya, hina asobi adalah sebuah permainan belaka dan bukan merupaka suatu ritual. Meskipun begitu, sejak zaman Edo yakni sekitar abad ke-19, hina asobi mulai dikaitkan dengan perayaan musim semi. Seperti perayaan musim lainnya yang biasanya disebut matsuri, sehingga hina asobi diubah menjadi Hinamatsuri dan perayaannya pun tidak hanya di kalangan istana saja melainkan meluas di kalangan rakyat. Orang Jepang di zaman Edo terus mempertahankan cara memajang boneka seperti tradisi yang diwariskan turun temurun sejak zaman Heian. Boneka dipercaya memiliki kekuatan untuk menyerap roh-roh jahat ke dalam tubuh boneka, dan karena itu menyelamatkan sang pemilik dari segala hal-hal yang berbahaya atau sial. Asal-usul konsep ini adalah hinanagashi (“menghanyutkan boneka”). Boneka diletakkan di wadah berbentuk sampan, Lalu dihanyutkan dalam perjalanan menyusuri sungai hingga akhirnya sampai ke laut dengan membawa serta roh-roh jahat. Kalangan bangsawan dan samurai pada zaman Edo menghargai boneka Hinamatsuri sebagai modal penting untuk wanita yang ingin menikah sekaligus sebagai pembawa keberuntungan. Para orang tua berlomba-lomba membelikan boneka yang terbaik dan termahal bagi putrinya yang ingin menjadi pengantin Sebagai lambang status dan kemakmuran.
Boneka yang digunakan pada awal zaman Edo disebut tachibina (boneka berdiri) karena boneka berada dalam posisi tegak, dan bukan duduk seperti yang sering digunakan dalam perayaan saat ini. Asal-usul tachibina adalah boneka berbentuk manusia (katashiro) yang dibuat ahli onmyodo untuk menghalau nasib sial. Boneka dalam posisi duduk (suwaribina) mulai dikenal sejak zaman Kan’ei. Pada waktu itu, satu set boneka hanya terdiri sepasang boneka yang keduanya bisa dalam posisi duduk maupun berdiri. Seiring dengan perkembangan zaman, boneka menjadi semakin rumit dan mewah. Pada zaman Genroku, orang mengenal boneka genrokubina (boneka zaman Genroku) yang dipakaikan kimono dua belas lapis (jūnihitoe). Pada zaman Kyoho, orang mengenal boneka ukuran besar yang disebut kyōhōbina (boneka zaman Kyōhō). Perkembangan lainnya adalah pemakaian tirai lipat (byōbu) berwarna emas sebagai latar belakang genrokubina dan kyōhōbina sewaktu dipajang. Keshogunan Tokugawa pada zaman Kyōhō berusaha membatasi kemewahan di kalangan rakyat. Boneka berukuran besar dan mewah ikut menjadi sasaran pelarangan barang mewah oleh keshogunan. Sebagai usaha menghindari peraturan keshogunan, rakyat membuat boneka berukuran mini yang disebut keshibina (boneka ukuran biji poppy), dan hanya berukuran di bawah 10 cm. Namun keshibina dibuat dengan sangat mendetil, dan kembali berakhir sebagai boneka mewah. Sebelum zaman Edo berakhir, orang mengenal boneka yang disebut yūsokubina (boneka pejabat resmi istana). Boneka dipakaikan kimono yang merupakan replika seragam pejabat resmi istana. Prototipe boneka Hinamatsuri yang digunakan di Jepang sekarang adalah kokinbina (translasi literal: boneka zaman dulu). Perintis kokinbina adalah Hara Shūgetsu yang membuat boneka seakurat mungkin berdasarkan riset literatur sejarah. Boneka yang dihasilkan sangat realistik, termasuk penggunaan gelas untuk mata boneka. Mulai sekitar akhir zaman Edo hingga awal zaman Meiji, boneka Hinamatsuri yang mulanya hanya terdiri dari sepasang kaisar dan permaisuri berkembang menjadi satu set boneka lengkap berikut boneka puteri istana, pemusik, serta miniatur istana, perabot rumah tangga dan dapur. Sejak itu pula, boneka dipajang di atas dankazari (tangga untuk memajang), dan orang di seluruh Jepang mulai merayakan hinamatsuri secara besar-besaran.
2. Shubun no hi (春分の日)
Shubun no hi atau hari ekuinoks musim semi di jepang merupakan salah satu hari libur resmi yang biasanya jatuh pada tanggal 20 Maret atau 21 Maret ketika terjadi ekuinoks vernal atau titik awal musim semi. Atau bisa dikatakan shubun no hi merupakan peralihan dari musim salju ke musim semi. Saat itu rentang waktu siang sama panjangnya dengan waktu malam. Hari libur ini ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 untuk “berterima kasih kepada alam dan mencintai makhluk hidup.”
a) Tradisi
Dalam setahun, periode Higan terjadi dua kali yaitu pada musim semi dan musim gugur. Waktu ini biasanya dimanfaatkan untuk membersihkan makam dan mempersembahkan kue botamochi di altar keluarga. Shubun no hi merupakan saat untuk memulai upacara Shunki Higan-e (higan musim semi) bagi penganut agama Buddha di Jepang. Upacara tersebut berlangsung selama seminggu yang bertujuan untuk mendoakan arwah leluhur. Hingga tahun 1947, hari libur ini disebut Shunki kōrei-sai (春季皇霊) yaitu perayaan musim semi arwah leluhur keluarga kekaisaran.
b) Penentuan tanggal
Penentuan tanggal ekuinoks dilakukan oleh rapat kabinet yang diadakan pada tanggal 1 Februari tahun sebelumnya. Penentuan tanggal tersebut didasarkan pada tabel almanak (Rekishō Nempyō) yang merupakan pamphlet terbitan badan observasi Astronomi Jepang. Hasil rapat diumumkan dalam lembaran negara yang disebut kanpo. Menurut perhitungan astronomi yang berlaku sekarang hingga tahun 2025, ekuinoks vernal selalu jatuh tanggal 21 maret, tapi jatuh tanggal 20 Maret pada tahun kabisat dan tahun sesudah tahun kabisat.
3. Hanami (花見)
Secara harfiah hanami berasal dari kata “hana” yang berarti bunga, dan “mi” yang berarti melihat. Jadi hanami berarti melihat bunga atau dengan kata lain dapat dikatakan menikmati keindahan bunga sakura yang sedang mekar pada musim semi.
Even ini yang sangat dinanti oleh orang-orang Jepang saat musim semi tiba. Hanami biasanya dilakukan di taman terbuka secara berkelompok baik bersama keluarga, teman dan sebagainya. Mereka duduk beralaskan tikar di bawah pohon sakura. Biasanya mereka juga membawa “obento” untuk dimakan sambil menikmati keindahan bunga sakura yang sedang bermekaran. Tidak hanya itu, bahkan ada juga yang melakukannya sambil berkaraoke.
Mereka sangat menikmati saat-saat seperti ini. Saat mereka dapat berkumpul bersama keluarga, teman atau pacar sambil menikmati keindahan bunga sakura. Bahkan ada pula yang rela mengikuti Hanami dari satu kota ke kota lain. Karena momen ini hanya berlangsung selama beberapa hari saja.
4. Kodomo no hi (こどもの日)
Kodomo no hi merupakan hari anak-anak yang disebut juga tango no sekku (perayaan untuk anak laki-laki). Kodomo no hi ini merupakan salah satu perayaan musim semi dan merupakan salah satu hari libur resmi diJjepang yang ditetapkan tiap tanggal 5 mei dan merupakan serangkaian liburan akhir bulan April dan awal bulan Mei. Hari libur tersebut dikenal dengan istilah Golden Week (Minggu Emas). Pengertian istilah Golden Week yaitu jika setelah hari libur berakhir berlanjut dengan libur akhir pekan sehingga jumlah hari libur bertambah.
Sejak tahun 1948 sudah ada peringatan Hari Anak-anak yang telah ditetapkan menjadi hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) dengan tujuan untuk menghormati kepribadian anak, merencanakan kebahagiaan anak, dan sebagai ungkapan terima kasih kepada ibu.
Jika pada perayaan Hinamastsuri masing-masing keluarga (yang mempunyai anak perempuan) memajang boneka, lain halnya dengan perayaan kodomo no hi. Pada perayaan kodomo no hi di setiap rumah menaikkan koinobori. Koinobori adalah kain atau kertas dengan berbagai corak yang berisi gambar dan digantungkan pada ujung tali atau bamboo yang membentang tinggi.
a) Asal-usul
Berdasarkan tradisi kuno Tiongkok yang berkaitan dengan musim semi di Jepang perayaan kodomo no hi dikenal dengan sekku. Sejak zaman dulu, tiap bulan ke-5 kalender Tionghoa biasanya diisi dengan kegiatan mengusir ro-roh jahat. Kemudian pada tanggal 5 bulan 5 dikenal dengan Tango no sekku dan merupakan hari untuk merayakan kesehatan dan pertumbuhan untuk anak laki-laki.
Pada awalnya kodomo no hi merupakan perayaan yang khusus untuk anak laki-laki sehingga perayaannya pun identik dengan semua hal yang ada hubungannya dengan anak laki-laki. Namun itu tak berlaku lagi untuk saat ini karena masa kini perayaan kodomo no hi tidak hanya untuk anak laki-laki saja melainkan untuk anak perempuan juga atau bisa dikatakan untuk semua anak-anak pada umumnya.
b) Tradisi
Ada tradisi memajang replika yoroi (pakaian ksatria zaman dulu) dan kabuto (helm samurai) selama perayaan kodomo no hi berlangsung. Keluarga yang memiliki anak laki-laki juga memasang koinobori (bendera berbentuk ikan mas). Pada bendera ikan mas yang paling besar digambarkan anak laki-laki super kuat Kintaro yang sedang menunggang ikan emas. Kabuto, Yoroi, dan tokoh Kintarō digunakan sebagai simbol harapan anak laki-laki yang sehat dan kuat. Kue yang dimakan selama perayaan adalah kue chimaki dan kashiwamoci.
Musim Panas
1. Nyuubai
Nyuubai merupakan masuknya masa musim hujan yang terjadi di seluruh Jepang (kecuali Hokkaido dan Kepulauan Ogasawara). Momen ini biasanya berlangsung sekitar bulan Mei hingga Juli yang ditandai dengan meningkatnya curah hujan (biasa dikenal dengan istilah Tsuyu). Namun secara berangsur-angsur curah hujan akan kembali menurun dan biasanya menjadi jarang
sekali turun hujan (dikenal dengan istilah Karatsuyu). Jika Karatsuyu menjelang ini berarti merupakan suatu bencana bagi para petani yang mempunyai sawah, karena sawah-sawah mereka akan kekurangan air selama Karatsuyu berlangsung.
Musim hujan berawal ketika udara lembab di atas Samudra Pasifik bertemu dengan udara dingin yang berasal dari daratan China. Selanjutnya akan terbentuk badai yang disebut Depresi Frontal yang menyebabkan turunnya hujan. Massa udara hangat dan udara dingin sangat berpengaruh terhadap curah hujan yang turun. Massa udara baik dingin maupun panas yang terlalu besar atau terlalu akan menyebabkan bencana alam berupa banjir atau kekeringan.

Taue merupakan salah satu festival musim panas yang diadakan untuk menyambut datangnya musim menanam padi. Festival ini biasa diadakan tiap bulan Juni. Menanam padi merupakan pekerjaan yang penting karena padi nantinya akan menjadi makanan pokok. Penanaman padi biasanya dilakukan pada awal Juni hingga pertengahan Juni. Akhir-akhir ini penanaman padi di dekat kota besar jarang terlihat karena jumlah petani yang menanam padi jumlahnya makin berkurang.

Tanabata merupakan salah satu festival yang diadakan pada musim panas. Tanabata lebih dikenal dengan istilah festival bintang. Biasanya di kota-kota besar di Jepang perayaan ini dilakukan secara besar-basaran. Salah satu perayaan Tanabata yang terkenal adalah yang diadakan di Sendai yaitu Sendai Tanabata.
Pada awalnya pelaksanaan festival Tanabata mengikuti kalender Lunisolar yang perhitungannya lebih lambat kira-kira satu bulan dari kalender Gregorian. Namun sejak kalender Gregorian mulai digunakan di Jepang, perayaan Tanabata mulai diadakan pada tanggal 8 Agustus (kalender Gregorian) atau sama dengan tanggal 7 Juli ( hari ke-7 bulan ke-7 pada kalender Lunisolar).
Tradisi Tanabata berasal dari Tiongkok dan mulai diperkenalkan di Jepang pada zaman Nara. Aksara kanji yang digunakan untuk menulis Tanabata adalah shichiseki (七夕)yang berarti malam ke-7. Ada juga yang menulis dengan kanji yang berbeda namun cara bacanya tetap Tanabata (棚機).
Berdasarkan salah satu kalender yang pernah digunakan di Jepang seperti kalender Tempo, Tanabata dirayakan sebelum perayaan Obon yaitu pada tanggal 7 Juli sedangkan sebagian upacara dilakukan di malam hari tanggal 6 Juli.
Berdasarkan tradisi Jepang Kuno, tanabata merupakan sinkretisme antara mendoakan arwah leluhur atas keberhasilan panen dan perayaan Qi Qiao Jie asal Tiongkok yang mendoakan kemahiran wanita dalam menenun. Pada awalnya Tanabata dan Obon merupakan perayaan yang dilakukan secara pada waktu yang hampir sama dan merupakan satu rangkaian perayaan, namun kemudian perayaannya dipisah. Hiasan yang digunakan dalam perayaan Tanabata adalah daun bamboo (sasa) yang dipercaya sebagai tempat tinggal arwah leluhur.
4. Obon (お盆)

Perayaan Obon yang tidak bisa dijelaskan dengan ajaran agama Buddha. Obon yang sering dilakukan saat ini merupakan tradisi secara turun temurun masyarakat dan upacara agama Buddha yang sering dikenal dengan istilah Urabon.
Tradisi dan ritual yang berkaitan dengan Obon tidak selalu sama. Adanya perbedaan tersebut bergantung pada daerah dan aliran agama Buddha yang dianut. Di berbagai daerah di Jepang, khususnya di daerah Kansai juga dikenal perayaan Jizobon yang merupakan perayaan yang dilakukan seusai perayaan Obon.
|
|
5. Doyou
Doyou biasanya terjadi sekitar tanggal 20 Agustus. Doyou merupakan saat yang tepat untuk menjaga kesehatan tubuh dengan baik. Karena doyou berlangsung saat musim panas dan suhu panasnya pun sangat menyengat. Oleh karena itu pada saat doyou berlangsung ada suatu kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Hal ini penting untuk menjaga daya tahan tubuh. Karena biasanya pada saat itu orang-orang tidak terlalu bernafsu makan. Makanan yang biasa dikonsumsi adalah makanan yang bergizi seperti belut. Belut dipercaya dapat mencegah kekurusan, oleh karena itu belut menjadi menu makanan favorit selama Doyou. Setiap hari selama Doyou berlangsung, warung-warung yang menjual belut selalu ramai.
Musim Gugur
1. Nihyaku Tooka (二百十日)
Nihyaku tooka merupakan masa setelah risshun (awal dimulainya musim semi). Nihyaku tooka yaitu hari ke-210 setelah risshun yang jatuh pada tanggal 1 atau 2 September.
Nihyaku tooka juga sering disebut musim angin topan karena pada saat ini ada banyak angin topan. Saat nihyaku tooka berlangsung orang-orang menjadi khawatir terutama para petani karena banyaknya angin topan mengancam pertumbuhan tanaman padi mereka.
Angin yang bertiup biasanya sangat keras dan besar sehingga seringkali menyebabkan kerusakan ladang dan sawah. Kerusakan ladang dan sawah tersebut tentunya berimbas pada hasil panen yang buruk. Selain itu topan ini juga menyebabkan korban jiwa dan kerusakan lain seperti kerusakan tanggul sehingga air meluap dan menggenangi desa dan kota.
2. Higan (彼岸)
Higan merupakan masa antara tiga hari dan tujuh hari pada shunbun no hi saat musim gugur. Dalam ajaran Buddha perayaan higan ini biasanya mengacu pada nirwana. Saat higan berlangsung biasanya ditetapkan sebagai hari libur resmi di Jepang. Hari libur ini biasanya dimanfaatkan untuk mengunjungi makam dan mendoakan nenek moyang atau leluhur.
Selama higan berlangsung kita bisa menikmati keindahan bunga Higanbana yang mekar tiap musim gugur. Higanbana adalah bunga yang indah biasanya berwarna putih atau merah darah namun tidak seperti bunga pada umumnya. Karena umbi dari bunga ini sangat beracun. Bunga ini tumbuh liar di pinggir jalan dan di dekat sawah.

Dari bulan September-Oktober, setiap daerah di seluruh Jepang melaksanakan perayaan musim gugur. Perayaan ini dilaksanakan di kuil Shinto untuk berterimakasih pada dewa atas hasil panen pada musim gugur. Orang-orang merayakannya dengan mempersembahkan padi dan hasil bumi lainnya untuk kuil Shinto. Di halaman kuil tersebut, mereka pun menari sambil membawa usungan. Tarian tersebut pun mereka persembahkan untuk para dewa. Sementara di dalam rumah, orang-orang membuat berbagai masakan lezat dan merayakan festival tersebut dengan makan bersama.
4. Shichi Go San
Shichi Go San merupakan salah satu festival yang diperuntukkan bagi anak-anak yang berumur 7 tahun, 5 tahun dan 3 tahun, yaitu umur 3 tahun dan 5 tahun untuk anak laki-laki dan umur 3 tahun dan 7 tahun untuk anak perempuan. Tujuan dari diadakannya festival ini yaitu untuk merayakan kesehatan dan berdoa untuk keselamatan anak-anak. Saat perayaan ini anak-anak didandani dengan pakaian yang bagus kemudian dibawa ke kuil. Para orang tua mendoakan agar anaknya menjadi kuat jika anaknya laki-laki dan mendoakan agar anaknya menjadi cantik jika anaknya perempuan.
Festival ini biasanya diadakan tiap tanggal 15 November. Namun akhir-akhir ini perayaannya bisa dilakukan kapan saja asalkan masih berada pada bulan November. Karena pada perayaan bukan merupakan hari libur resmi sehingga pelaksanaannya pun tidak mutlak pada hari itu saja. Jadi jika orang tua tidak bekerja (libur) baru bisa mengantar anaknya untuk mengikuti festival Shichi Go San.
Pada saat ini anak-anak berziarah ke kuil Shinto untuk berterimakasih pada dewa karena sudah berumur 7, 5 dan 3 tahun. Umur 3 dan 5 tahun adalah batas umur bayi dan balita, sementara umur 7 tahun adalah batas umur anak dan remaja, yang dari sejak itu mereka harus dipersiapkan untuk menjadi orang dewasa. Pada saat perayaan ini para orang tua juga membelikan permen seribu tahun yang lebih dikenal dengan chitose ame. Dengan membelikan permen tersebut diharapkan anak-anak akan selalu sehat dan panjang umur.
Sejak zaman kuno, anak-anak yang berusia tiga tahun (baik laki-laki maupun perempuan) rambutnya dicukur dan harus menjalani upacara kamioki. Selain itu ada juga upacara hakama-gi yang merupakan ritual mengenakan hakama untuk pertama kalinya saat anak berusia lima tahun. Kemudian untuk anak perempuan yang berusia tujuh tahun ada semacam upacara yaitu obitoki. Obitoki merupakan ritual penggantian sabuk kimono kecil dengan obi yang lebih besar.
Awal mula penetapan tanggal diadakannya perayaan ini yaitu adanya anggapan bahwa tanggal 15 merupakan hari baik di zaman kuno, karena pada saat itu Shogun Tokugawa kelima, Tsunayoshi, melakukan upacara untuk anaknya Tokumatsu. Di daerah Kansai ada ritual yang mirip dengan Shichi Go San dan juga berhubungan dengan kematangan anak yang biasa disebut mairi juusan. Mairi juusan adalah kunjungan dan ibadah yang dilakukan oleh anak yang berusia tigabelas tahun ke sebuah kuil yang didedikasikan untuk Kokūzō Bodhisattva. Perayaan ini juga dilakukan oleh masyarakat kecil di desa-desa. Sejak zaman Taisho, perayaan ini telah menyebar ke seluruh Jepang dan dilakukan secara besar-besaran dan elegan. Di Tokyo, orang Jepang yang mengunjungi Meiji Jingu dan kuil-kuil terkenal lainnya.
Tradisi menjual permen seribu tahun atau chitose ame pertama kali dilakukan di Kanda Shrine dan di Asakusa selanjutnya terus menyebar ke tempat lain hingga akhirnya dilakukan di seluruh Jepang
Musim Dingin
1. Saimatsu
Saimatsu merupakan salah satu perayaan yang dilakukan untuk memperingati akhir tahun (festival tutup tahun). Saat ini biasanya dimanfaatkan untuk berbelanja barang-barang murah. Karena pada saat saimatsu berlangsung biasanya banyak toko-toko yang menjual barang-barang dalam jumlah yang besar dan diskon secara besar-besaran. Atau dengan kata lain mengadakan obral khusus akhir tahun.
Saimatsu juga merupakan masa berlangsungnya Bounenkai, yang merupakan suatu kebiasaan orang-orang Jepang yang berpesta minum minuman beralkohol sampai mabuk. Tujuan Bounenkai adalah untuk melupakan kesusahan yang telah menimpa selama setahun yang telah lalu. Pada masa Bounenkai kereta listrik terakhir dipenuhi oleh orang-orang mabuk.
Saat saimatsu berlangsung ada juga toshi no ichi (pasar) yang diadakan di berbagai kota. Seperti di Tokyo misalnya, tepatnya di Asakusa selalu diadakan hagoita ichi yang berlangsung tiap tanggal 14 desember sampai dengan 18 desember. Hagoita merupakan salah satu permainan yang dimainkan selama tahun baru. Permainan hagoita ini menyerupai permainan badminton. Harga hagoita ini sangat mahal, namun banyak orang yang membelinya karena mereka percaya bahwa permainan tersebut akan membawa nasib baik.
2. Ganjitsu (元日)
Ganjitsu merupakan awal dimulainya tahun baru yaitu pada tanggal 1 januari (dini hari), sedangkan pada pagi harinya sering disebut dengan istilah (元旦) yang artinya pagi pertama di awal tahun.
Di Jepang, tahun baru dirayakan pada tanggal 1 Januari dan berlangsung hingga tanggal 3 Januari yang biasa sanganichi (三が日). Masa ini juga sering disebut shōgatsu (正月,). Awalnya istilah shōgatsu digunakan untuk menyebutkan bulan pertama dalam setahun, namun secara umum sekarang istilah tersebut hanya digunakan untuk menyebut hari pertama hingga hari ketiga di awal tahun. Perayaan ini berlaku secara umum (bersamaan) di seluruh Jepang. Meskipun begitu ada juga daerah yang melangsungkan perayaannya berbeda dengan waktu yang umum digunakan. Di daerah kanto misalnya, perayaannya berlangsung sejak tanggal 1 Januari hingga 7 Januari dan lebih dikenal dengan istilah matsu no uchi (松の内), sedangkan di daerah Kansai berlangsung hingga tanggal 15 Januari dan lebih dikenal dengan istilah koshogatsu (小正月). Selain itu ada juga istilah hatsuka shōgatsu (二十日正月) yang lebih dikenal dengan istilah honeshōgatsu (骨正月) yang berarti tahun baru tulang. Pada masa ini ikan masakan tahun baru sudah habis dimakan sampai ke tulang-tulangnya.
Kegiatan menyambut tahun baru sudah dimulai sejak dua atau tiga minggu sebelum pergantian tahun. Di daerah Kanto, hari persiapan tahun baru yang disebut o-koto hajime (お事始め) jatuh pada 8 Desember, sedangkan di daerah Kansai dimulai pada 13 Desember. hari libur resmi di Jepang ditetapkan sejak tanggal 1 Januari, tapi kantor pemerintah dan perusahaan swasta tutup sejak tanggal 29 Desember hingga 3 Januari. Bank dan lembaga perbankan tutup dari tanggal 31 desenber hingga 3 Januari, kecuali sebagian ATM yang masih melayani transaksi. Sampai tahun 1970-an, sebagian besar toko dan pedagang eceran di daerah Kanto tutup hingga tanggal 5 Januari atau 7 januari. Perubahan gaya hidup dan persaingan dari toko yang buka 24 jam membuat kebiasaan libur berlama-lama ditinggalkan. Mulai tahun 1990-an, hampir semua mall dan pertokoan hanya tutup tanggal 1 Januari dan mulai buka keesokan harinya tanggal 2 Januari, tapi biasanya dengan jam buka yang diperpendek. Hari pertama penjualan barang (hatsu-uri) di pusat pertokoan dimeriahkan dengan penjualan fukubukuro (kantong keberuntungan). Penjualan barang di semua mal dan pertokoan sudah normal kembali sekitar tanggal 4 Januari.
Pada zaman dulu, tahun baru di Jepang dirayakan pada awal musim semi bertepatan dengan Tahun baru Imlek, Tahun baru Korea dan Tahun baru Vietnam. Hal ini dikarenakan kalender Jepang masih berdasarkan kalender Tionghoa. Namun sejak tahun 1873, tahun baru mulai dirayakan pada tanggal 1 Januari karena sejak saat itu pemerintah Jepang mulai menerapkan kalender Gregorian.
Pada tanggal 31 desember atau pada malam tahun baru biasanya disebut ōmisoka (大晦日). Pada malam tahun baru ini ada tradisi memakan soba yang disebut toshikoshi soba (年越しそば ). Stasiun televisi di Jepang, NHK, mempunyai tradisi menayangkan acara Kohaku Uta Gassen, berupa kompetisi lagu antar penyanyi terkenal yang dibagi menjadi kubu merah dan kubu putih. Menjelang pukul 12 malam, genta yang terdapat di berbagai kuil agama Buddha di Jepang dibunyikan. Tradisi memukul genta menjelang pergantian tahun disebut joya no kane (除夜の鐘). Genta dibunyikan sebanyak 108 kali sebagai perlambang 108 jenis nafsu jahat manusia yang harus dihalau.
Setelah itu pada pagi harinya ada semacam tradisi berupa kunjungan pertama kali ke kuil pada awal tahun baru. Pada saat ini di depan kuil-kuil besar sangat ramai karena mereka menunggu dibukanya kuil. Doa yang disampaikan biasanya berupa harapan agar sehat dan selamat sepanjang tahun. Kebiasaan tersebut sering disebut hatsumode.
Masakan istimewa yang dimakan di tahun baru adalah Osechi (sup zoni yang terbuat dari kuah dashi berisi mocha dan sayuran). Berbagai macam lauk masakan osechi kotak kayu bersusun yang disebut jūbako (重箱). Beberapa swalayan besar sejak beberapa minggu sebelum tahun baru juga sudah membuka pemesanan osechi. Lauk pada masakan osechi biasanya sangat manis atau sangat asin, seperti: kuromame, tatsukuri (gomame), konbumaki, kamaboko, kurikinton, kazunoko dan datemaki. Makanan tahun baru diharapkan bisa tahan lama, karena tahun baru merupakan kesempatan libur memasak bagi ibu rumah tangga di Jepang. Selain Osechi ada juga olahan dari ikan. Ikan yang dimasak di tiap daerah berbeda, untuk daerah Jepang bagian timur biasanya menggunakan ikan salem sedangkan di Jepang bagian barat menggunakan ikan sunglir (buri). Beberapa daerah juga memiliki masakan khas yang tidak bisa dinikmati di tempat lain. Seperti di daerah kansai misalnya, ada masakan khas berupa ikan cod kering (bōdara) yang dimasak dengan gula pasir dan shoyu.
Penutupan perayaan tahun baru ditandai dengan memakan bubur nanakusa yang dimasak dengan 7 jenis sayuran dan rumput. Biasanya orang-orang memakan bubur ini sejak tanggal 7 hingga 15 Januari. Tujuannya agar perut bisa beristirahat setelah dipenuhi makanan tahun baru. Acara menumbuk mochi (mochitsuki) merupakan salah satu tradisi menjelang tahun baru. Ketan yang sudah ditanak dimasukkan ke dalam lesung dan ditumbuk dengan alu. Satu orang bertugas menumbuk, sedangkan seorang lagi bertugas membolak-balik beras ketan dengan tangan yang sudah dibasahi air. Beras ketan ditumbuk hingga lengket dan membentuk gumpalan besar mochi berwarna putih. Selain dimakan sebagai pengganti nasi selama tahun baru, mochi juga dibuat hiasan tahun baru yang disebut kagami mochi. Secara tradisional, kagami mochi dibuat dengan cara menyusun dua buah mochi berukuran bundar, ditambah sebuah jeruk di atasnya sebagai hiasan.
Orang Jepang mempunyai tradisi saling mengirim kartu pos nengajō (年賀状) yang akan tiba persis pada tanggal 1 Januari. Kartu pos ucapan tahun baru dijamin sampai ke alamat yang dituju pada tanggal 1 Januari, asalkan dikirim tidak melewati jangka waktu penerimaan yang ditetapkan kantor pos. Penerimaan kartu pos biasanya dimulai pertengahan Desember hingga beberapa hari terakhir sebelum akhir tahun. Kantor pos membutuhkan pegawai ekstra yang direkrut dari kalangan pelajar, agar semua kartu pos bisa tiba tepat pada tanggal 1 Januari.
Sebagai penghormatan terhadap orang yang meninggal, anggota keluarga yang baru ditinggalkan tidak merayakan tahun baru dan tidak mengirim kartu pos tahun baru. Sebagai gantinya, anggota keluarga yang baru ditimpa musibah mengirim kartu pos berisi pemberitahuan tidak bisa mengirim kartu pos ucapan tahun baru.
Setiap tahunnya, Kantor Pos Jepang memiliki tradisi mencetak kartu pos dengan tema yang berbeda-beda. Kartu pos dihiasi dengan lukisan tempat terkenal di Jepang dan gambar binatang shio untuk tahun yang baru. Kartu pos tahun baru yang diterbitkan kantor pos juga memiliki nomor undian yang diundi di awal tahun. Penerima kartu pos yang beruntung bisa memenangkan berbagai hadiah berupa barang. Selain di kantor pos, kartu pos ucapan tahun baru juga bisa dibeli di berbagai tempat. Kartu pos yang dijual di toko buku memiliki pilihan gambar yang lebih banyak, tapi sering masih perlu ditempeli perangko.
Kartu pos ucapan tahun baru bisa ditulisi sendiri dengan berbagai pesan dan ucapan. Gambar binatang atau kalimat ucapan standar bisa ditambahkan dengan menggunakan stempel karet beraneka warna yang dijual di toko buku atau stempel yang disediakan di kantor pos. Kartu pos ucapan tahun baru sering digunakan untuk memamerkan kemampuan menulis indah bagi pengirim yang pandai menulis kaligrafi. Pemilik komputer pribadi bisa menggunakan perangkat lunak khusus untuk mencetak kartu pos. Bagi orang yang memiliki banyak kenalan dan relasi, kartu pos biasanya sudah ditulisi sejak awal bulan Desember. Berbagai ucapan selamat tahun baru yang umum digunakan:
- Kotoshi mo yoroshiku onegai shimasu (今年もよろしく お願いします)
- Akemashite omedetō gozaimasu (あけましておめで とうございます)
- Kin-ga shinnen (謹賀新年)
Orang Jepang mempunyai tradisi memberikan angpao yang dikenal dengan sebutan otoshidama (お年玉). Sewaktu memberikan otoshidama untuk anak-anak, sejumlah uang kertas yang masih baru atau uang logam dimasukkan ke amplop kecil bernama pochibukuro (otoshidama-bukuro) yang berhiaskan aneka gambar kesukaan anak-anak. Otoshidama sangat ditunggu-tunggu anak-anak di Jepang, terutama bila memiliki paman atau bibi yang murah hati.
Perayaan tahun baru juga dimeriahkan dengan menulis aksara kanji pertama untuk tahun tersebut. Tradisi menulis aksara kanji yang dilakukan tanggal 2 Januari disebut kakizome (kaligrafi pertama). Selain itu ada juga berbagai permainan yang dimainkan selama tahun baru, seperti: permainan fukuwarai (meletakkan gambar bagian-bagian wajah, seperti hidung, alis mata, dan mulut pada tempat yang tepat dengan mata tertutup), hanetsuki (bulutangkis tradisional), menaikkan layang-layang (takoage), gasing (koma), bermain dadu (sugoroku), dan permainan memungut kartu yang disebut karuta.
3. Setsubun (節分)
Setsubun biasanya terjadi pada tanggal 3 Januari. Setsubun merupakan nama perayaan yang digunakan di jepang untuk hari yang berlangsung sebelum hari pertama pada setiap musimnya. Ada empat istilah yang digunakan untuk menyebutkan istilah setsubun pada tiap musim, yaitu risshun, rikka, risshuu, dan ritto. Namun sekarang istilah setsubun hanya digunakan untuk hari sebelum musim semi saja (risshun).
Pada zaman dulu, perayaan setsubun adalah perayaan tahunan yang diadakan di istana kaisar. Pada perayaan itu ada berbagai macam boneka (biasanya berbentuk anak-anak dan sapi) dari tanah liat yang sudah diberi warna dan dipajang di berbagai pintu gerbang dalam lingkungan istana.
Tradisi mengusir Oni yang biasa dilakukan saat setsubun berasal dari upacara Tsuina yang sudah dilakukan sejak zaman Heian. Di zaman modern, berbagai tradisi kuno setsubun lenyap digantikan tradisi melempar kacang dan menegakkan kepala ikan sarden yang ditusuk dengan ranting pohon hiiragi di pintu masuk rumah pada saat senja di hari setsubun. Di beberapa daerah di Jepang, orang menggantung kepala ikan sardin dan ranting pohon hiiragi di atas pintu rumah. Tradisi tersebut dilakukan untuk mengusir oni yang dipercaya lahir pada hari setsubun.
Kacang kedelai yang sudah digongseng matang dilempar-lemparkan ke arah oni. Tradisi melempar kacang merupakan perlambang keinginan bebas dari penyakit dan selalu sehat sepanjang tahun. Oni yang terkena lemparan kacang konon bakal kabur karena kesakitan. Kacang dilempar-lemparkan sambil mengucap mantera “Oni wa soto, fuku wa uchi” (Oni di luar, keberuntungan ke dalam). Di beberapa daerah yang memiliki kuil yang dipercaya ditinggali oni, mantera dibalik menjadi “Oni wa uchi, fuku wa soto (Oni ke dalam, keberuntungan ke luar),” atau kedua belah pihak diminta masuk ke dalam. Di rumah yang ditinggali orang yang memiliki nama keluarga dengan aksara kanji “Oni” (鬼) seperti “Onizuka” atau “Kitō,” mantera juga tidak mengusir “Oni” ke luar. Kacang kedelai juga dimakan setelah dihitung jumlahnya agar sama dengan usia orang yang memakan. Tradisi setsubun merupakan perpaduan upacara mengusir arwah jahat di istana yang berasal dari tradisi Tiongkok dengan upacara Mamemaki (melempar kacang) yang bertujuan serupa di kuil agama Buddha dan Shinto. Kacang yang dilempar-lemparkan biasanya adalah kacang kedelai, tapi sering diganti dengan kacang tanah sesuai dengan selera orang zaman sekarang.
Beberapa pekan menjelang hari setsubun, toko-toko atau swalayan mulai menjual kacang keberuntungan (fukumame) di tempat khusus yang gampang dilihat pembeli. Kacang dijual dengan hadiah topeng bergambar Oni untuk dipakai sang ayah atau orang lain di rumah yang berperan sebagai oni, sekaligus sasaran lemparan kacang anak-anak di rumah.
Di sekolah-sekolah dasar dilakukan upacara melempar kacang yang dilakukan murid berusia 12 tahun, karena memiliki shio yang sama dengan shio untuk tahun yang berjalan. Kuil agama Buddha dan Shinto yang bekerjasama dengan taman kanak-kanak dan tempat penitipan anak mengadakan upacara melempar kacang oleh chigo (anak-anak kecil yang dirias) dan miko (pelayan wanita). Kuil besar mengadakan acara melempar kacang yang dilakukan atlet dan orang terkenal. Bungkusan kacang keberuntungan dilemparkan ke tengah-tengah khalayak ramai untuk ditangkap atau dipungut.
Di daerah Kansai terdapat tradisi makan sushi yang disebut Ehōmaki (sejenis futomaki yang belum dipotong-potong). Sushi dimakan tanpa berhenti sambil menghadap ke arah mata angin tempat bersemayam dewa keberuntungan untuk tahun tersebut. Sushi dipegang dengan kedua belah tangan dan orang yang sedang makan dilarang berbicara sampai sushi habis dimakan.
Pedagang di kota Osaka yang ingin bisnisnya lancar konon memiliki tradisi makan sushi di hari setsubun. Kebiasaan ini konon sudah dimulai di akhir zaman Edo atau awal zaman Meiji. Di awal zaman Showa, iklan tradisi memakan sushi di hari setsubun (marukaburi zushi) mulai dipasang pedagang sushi di Osaka agar orang mau membeli sushi.
Seusai Perang Dunia II, tradisi makan sushi di hari setsubun sempat terhenti hingga tahun 1974. Pada tahun itu, pedagang nori di kota Osaka mengadakan lomba cepat-cepatan makan norimaki. Di tahun 1977, asosiasi pedagang nori Osaka kembali menghidupkan tradisi memakan sushi di hari setsubun dengan mengadakan acara promosi penjualan nori.
4. Umematsuri
Umematsuri biasa dirayakan tiap Februari. Bulan Februari merupakan saat yang paling dingin diantara bulan-bulan lainnya selama musim dingin berlangsung. Pada saat ini juga, tepatnya pada pertengahan bulan Februari bunga plum mulai bermekaran. Bunga plum merupakan satu-satunya bunga yang mekar pada musim dingin sehingga banyak orang yang menyukainya. Bunga plum hampir sama dengan bunga sakura namun ada yang membedakannya dengan bunga sakura. Perbedaan itu terletak pada kelopak dan putik.
D. Makanan khas setiap musim di Jepang
Musim Semi

Orang Jepang suka memanfaatkan tunas-tunas tumbuhan liar di pegunungan yang mereka sebut sansai (山菜, artinya sayuran gunung) untuk bahan makanan. Karena tumbuhan liar, variasinya banyak, dan tergantung daerah tempat tinggal. Salah satu yang populer adalah pucuk udo.


Ada pula sayuran yang bisa dipanen banyak pada musim semi. Salah satunya adalah nira (kucai). Nira enak ditumis atau dibuat omelet. Sayuran lain di musim semi, yang sebenarnya masih dapat dikategorikan sebagai sansai adalah rebung (take no ko). Rebung bisa dimasak dengan berbagai cara, di antaranya ditanak bersama nasi (take no ko gohan). Makanan laut yang dapat dijumpai pada musim semi adalah asari, sejenis kerang yang sebenarnya juga terdapat di Indonesia (hanya saja saya tak tahu namanya dalam bahasa Indonesia). Asari ini enak direbus dengan sake (sakamushi) atau dimasak sebagai isi (gu) untuk sup miso (miso shiru). Saya sendiri lebih suka membuat gulai kerang ini. Yang terakhir ini tentu saja bukan masakan Jepang.
Musim Panas







Di Jepang pada setiap musim terdapat makanan-makanan khas tersendiri yang disesuaikan pada kondisi cuaca, seperti pada musim panas kali ini. Musim panas tahun ini benar-benar terasa panas sekali, karena dalam minggu ini saja di banyak tempat di Jepang ada yang suhu udaranya tinggi sekali hingga mencapai 38o C dan ditambah kelembaban yang juga tinggi. Dalam keadaan seperti ini makanan yang hangat-hangat rasanya akan membuat badan menjadi tambah gerah. Salah satu ciri khas makanan musim panas di Jepang adalah dia banyak disajikan dingin, segar juga terutama berprotein tinggi, ini berguna untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dalam suasana musim yang panas ini. Dan kalau ingat musim panas di Jepang, kita ingat berbagai festival seperti misalnya Gion Matsuri atau Bon Matsuri dan biasanya pada festival seperti itu ada beberapa jenis makanan yang banyak dijual. Dan salah satunya yang popular dalam musim panas kali ini adalah sejenis es yang disebut “Kakigori”, ini es yang bahan utamanya es batu tapi diserut kemudian di kasih sirup warna-warni dan disajikan dalam mangkuk. Orang Indonesia mungkin pastinya sudah tidak asing lagi dengan yang satu ini, yang biasanya dikenal dengan Es Serut. Es ini merupakan salah satu ciri khas makanan di Asia karena bisa temukan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Cina, Thailand, dsb. Tapi tetap saja masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Ciri Es Serut khas Jepang adalah berbagai macam campuran sirup dan bahan-bahan lainnya, misalnya ada Es Serut yang disebut “Wagamama Kakigori”. Ini adalah salah satu jenis Kakigori yang special, dasar mangkuknya diberi sejenis Jely, dan ada mochi atau kacang merah manis lalu diatasnya ditaburi Es Serut dan kemudian di siram teh hijau yang manis atau susu, kadang-kadang juga dikasih cream atau kacang-kacangan sebagai hiasan. Kakigori dapat di beli di festival-festival musim panas, di toko-toko permen atau kue-kue yang biasanya terdapat di Kyoto, dan beberapa toserba-toserba mini. Ratusan tahun lalu Kakigori ini tidak bisa dinikmati oleh sembarang orang, karena konon hanya khusus disajikan untuk keluarga kaisar di musim panas. Dulu es ini diserut dengan alat serut yang disebut dengan “Kezurihi” dan sebagai pemanisnya di ambil dari sejenis tumbuhan. Menurut catatan sejaran Kakigori baru mulai dikenal dan dijual untuk umum seiring dengan masuknya alat khusus untuk menyerut es yang konon berasal dari Cina. Alat ini terbuat dari besi dengan gagang yang diputar untuk menyerut es, mirip sekali bentuknya dengan yang dipakai tukang serut di Indonesia hingga kini.
Selain itu ada juga berbagai jenis mie di musim panas, yang disajikan dalam keadaan dingin. Aneh juga kedengarannya, mie dingin. Tapi ini merupakan jenis makanan yang umum di Jepang. Di Jepang ada berbagai jenis mie seperti Udon atau Soba, ini beberapa contohnya yang paling populer. Kalau Udon bahan dasarnya tepung biasa, mie-nya tebal-tebal dan warnanya putih. Sedangkan Soba bahan dasarnya adalah gandum hitam, dan warnanya lebih gelap daripada Udon, ukurannya juga lebih tipis. Tapi ada lagi yang lebih tipis, yakni Somen yang bahan dasarnya mirip Udon tapi jauh lebih tipis lagi.

Di musim panas seperti ini Udon, Soba ataupun Somen disajikan dingin-dingin dan cara penyajiannya adalah merebus mie-mie tersebut setelah itu didinginkan dengan cara disiram dengan air atau bahkan diberi es batu yang dipecah-pecah sehingga dingin lebih cepat. Setelah mie-nya dingin tinggal disajikan kemudian siap dimakan. Mie tersebut biasanya disajikan di piring atau alas yang terbuat dari anyaman bambu, lalu ada mangkuk lain yang berisi sejenis kecap asin yang terbuat dari kedelai yang disebut Tsuyu, kadang juga ditaburi rumput laut Nori, irisan daun bawang juga Wasabi. Orang Jepang itu paling jago banget kalau soal penyajian makanan, ada lagi cara penyajian mie somen yang dikenal sangat unik dengan nama Nagashi Somen atau arti harfiahnya adalah mie yang mengalir. Biasanya Nagashi Somen ini dijual di restoran-restoran khusus, didalamnya mereka memasang semacam saluran air yang terbuat dari bambu yang dibelah, dan bambu itu melewati pelanggan restoran tersebut. Bambu itu berisi air dingin dan mie somen dialirkan lewat belahan bambu tersebut. Kemudian pelanggan tinggal mengambilnya dengan sumpit dan mencelupkannya kedalam kecap tsuyu dan kemudian dimakan.
Cara makan mie ala orang Jepang, yaitu dengan disedot atau di sruput sehingga menimbulkan bunyi yang khas. Ada lagi tahu yang di makan di musim panas, tahu tersebut bukanlah tahu yang di goreng kemuadian didinginkan, melainkan tahu tersebut di makan mentah-mentah seperti wujud aslinya. Tahu ini dimakan dengan kecap asin di taburi sedikit jahe yang di parut juga irisan bawang. Biasanya ini adalah sebagai makanan pembuka sebelum makan utama. Rasanya memang agak hambar, tapi karena sudah ditambahin kecap asin dan berbagai campuran lainnya maka ketika dimakan campuran bahan-bahan itu menghasilkan rasa yang khas. Ada rasa asin dari kecap, sedikit dari pedas dari jahe, juga aroma bawang. Makanan ini digunakan sebagai makan pembuka untuk membangkitkan selera makan.
Ada satu lagi sejenis makanan khas di musim panas, yaitu belut atau Unagi. Musim panas ini memang musimnya panen belut, belut itu biasanya dipanggang dengan saus Teriyaki dan dimakan dengan nasi putih hangat. Selain enak belut atau Unagi ini diyakini mempunyai protein tinggi, yang berfungsi untuk menjaga stamina tubuh selama musim panas.
Musim Gugur
Di musim gugur kita kembali ke gunung. Ada berbagai jenis jamur langka di sana. Dan karena langka, harganya bisa tidak masuk akal. Salah satu jamur itu adalah natsutake. Sebuah matsutake bisa mencapai harga 10,000 yen atau satu juta rupiah. Matsutake ini enak untuk dipanggang atau ditanak bersama nasi (matsutake gohan).
Ikan yang lezat bisa ditemui selama musim panas adalah iwashi (sardin). Ikan ini enak untuk dibuat sashimi atau dimasak dengan bumbu kecap. Masalah ikan ini adalah tulangnya yang terlalu banyak, dan bau amis yang agak menyengat. Pada sashimi tulang disisihkan dengan teknik tinggi, lalu dihidangkan dengan parutan jahe (shoga) untuk menekan bau amis. Pada iwashi bumbu kecap ikan dimasak dalam waktu lama hingga tulangnya empuk.
Musim Dingin

Salah satu ikan khas musim dingin adalah sanma. Bentuknya kecil panjang, kulit berwarna perak tanpa sisik. Ikan ini enak dibakar dengan bumbu garam, hanya garam (shioyaki). Saat dibakar lemak ikan mencair, memenuhi permukaan kulitnya, berpadu dengan garam, menghasilkan rasa gurih yang luar biasa lezat.
Selain sanma ada juga kaki, tiram, yang sudah saya bahas dalam tulisan terdahulu. Sedangkan buah musim dingin adalah strawberry. Yang ini tak memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Thanks for the articles :)
BalasHapussankyuu
BalasHapusYou're welcome, thanks for visit my blog ^^
BalasHapus